Minggu, 30 Agustus 2009

Merindukan Aki

by Hilyat Hasan
"Poot......poot.......", dari kejauhan sayup-sayup terdengar suara itu. Sangat khas, cukup lantang dan jelas untuk orang seumuran "aki". Aku dan anak-anak biasa memanggil beliau "Aki pot" karena profesinya sebagai penjual pot bunga dari tanah liat. Usianya entah berapa, karena beliau sendiri tidak tahu tahun berapa kelahirannya. Biasalah mungkin untuk orang-orang jaman dulu jarang ada yang mencatat tanggal kelahiran anak-anak mereka akan tetapi menandainya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari itu. Aki hanya ingat bahwa beliau merasakan pahitnya masa penjajahan belanda dan jepang.
Menilik sosok beliau yang sudah renta dimakan usia dan "kesusahan hidup" kami memperkirkan usia beliau sudah di atas 75an. Saya katakan kesusahan hidup karena Aki pernah menceritakan kondisi beliau padaku dan suami bahwa sudah lama ditinggal wafat sang istri dan tidak memiliki anak, karena anak satu-satunya pun juga sudah menyusul ibunya. Untuk makan sehari-hari, Aki mengandalkan hasil keuntungan penjualan dari pot yang tentu tidak seberapa. Kadangkala tetangga berbaik hati mengantarkan gula dan kopi serta kue atau nasi dan lauk seadanya.....
Begitulah Aki, setiap hari lewat depan rumahku sambil mendorong gerobak berisi pot berbagai ukuran dengan suaranya yang khas. Kadang beliau berhenti di depan rumah sekedar untuk menyapa kami dan anak-anak sekalian istirahat sebentar melepas lelah. Maklum beliau sudah menempuh jarak yang jauh dengan berjalan kaki....15 km dari tempat tinggalnya ke komplek kami.
Bila Aki mampir, anak-anak yang rame memanggilku yang lagi di dalam rumah agar membawakan Aki minuman penghilang haus, meski cuma air putih. Kadang kala (tanpa bermaksud tasmi' ; menyebut-nyebut kebajikan) suamiku menitipkan uang sekedarnya untuk beliau. Disinilah kami melihat sosok Aki sebagai pribadi yang sholeh. Setiap kali menerima titipan suami, maka beliau dengan fasih dan jelas mendo'akan kami berbagai kebaikan. Anak-anak pun dengan perhatian mendengarkan do'a Aki, duduk di dekat beliau di depan pintu rumah kami (Aki tak pernah mau masuk ke rumah kami meski suamiku sedang ada di rumah dengan alasan sungkan dan malu....o betapa lugu dan bersahajanya Aki).Setelah itu anak-anak pasti seru bertanya pada Aki apa saja, rumahnya dimana, jauh nggak, cape nggak jalan jauh......hmm anak-anak melihat mereka sangat menyukai Aki aku heran juga. Karena siapa Aki? kami tidak memiliki pertalian darah atau hubungan apapun kecuali ikatan aqidah.
Sejak kapan keluargaku mengenal Aki? Sepertinya tidak terlalu lama. Awalnya di tahun 2003 atau 2004 waktu aku sakit dan membutuhkan therapy serta perlu rileks tidak kepikiran dengan itu penyakit, dokter menyarankan untuk mencari kesibukan yang ringan dan tidak melelahkan. Salah satunya mengurus tanaman. Entah kebetulan atau memang Aki sudah sering lewat depan rumah menjajakan pot, mulai itulah pertemanan keluarga kami dengan beliau. Mulai dari anakku baru dua orang hingga bertambah jadi lima. Aki rajin menyambangi kami dan menawariku pot yang kuperlukan untuk  bunga-bunga yang kutaruh diteras rumah kami yang tidak seberapa luas. Hingga aku sembuh dari penyakitku (dengan kehamilan anakku yang ketiga) dan pot bungaku sudah terlalu banyak sampai kutitipkan tetangga sebelah rumah ^___^ , Aki tetap rajin lewat atau mampir ke rumah kami, meski aku sudah tidak beli pot beliau lagi.
Terakhir Aki mampir, kupanggil sewaktu lewat dengan dagangannya sepertinya bulan kemarin, tiga minggu sebelum puasa. Kala itu anak-anak yang langsung 'menodong' Aki berdo'a. Maka terdengarlah beliau mendo'akan kami. Terasa sejuk hatiku mendengarkan do'a beliau. Saat itu aku berharap agar pada Ramadlan nanti, Aki mampir lagi ke rumah kami.......
Ini sudah hari ke 9 Ramadlan, tapi kami belum melihat sosok Aki atau sekedar mendengar suaranya sayup-sayup menjajakan dagangannya. "Pooot......pooot....". Ada rindu terselip di dada kami untuk bertemu Aki, berbagi rezeki ala kadarnya untuk beliau, mendengarkan do'a beliau juga melihat sosok beliau. Meski sudah tua dan tentu tidak memiliki tenaga yang kuat, beliau tetap gigih mencari nafkah dengan menjual pot-pot bunga yang bebannya berat tersebut. Aki....mestinya anak-anak muda mesti malu karena tidak seperti Aki. Meski sudah tidak muda lagi, Aki tetap berupaya menafkahi dirinya sendiri walaupun dirasakan sangat berat. Anak-anak muda sekarang yang tidak punya pekerjaan (atau tidak mau susah jadi kuli) hanya menjadi pengamen atau parahnya 'pengemis' dan lebih parah lagi jadi maling, jambret, preman dsb. 
Kala jiwa Islam melekat pada seseorang, maka bisa kita saksikan sosok "Aki" yang tetap gigih diusia senjanya mencari nafkah, tidak bergantung pada orang lain....Aki kami rindu padamu, semoga engkau baik-baik saja dimanapun berada.

Menu Ramadlan (1)



ES DOGER untuk BERBUKA PUASA
Menghidangkan sesuatu yang dingin dan segar utk menu berbuka, memang terasa nikmat kala sudah melewati udara yang terasa panas dan kering. Bagaimana kalau kita memcoba membuat ES DOGER utk hidangan berbuka bagi suami dan anak2 tercinta. Nah berikut resepnya:
Bahan:
50 gr pacar cina, rebus hingga lunak dan tiriskan
100 gr tape ketan hitam
200 gr tape singkong, potong2 dadu
200 gr kelapa muda
1 sdm susu kental manis
750 gr es batu serut
Sirup :
400 ml santan kental
200 ml sirup merah
100 ml air
Cara Membuat Sirup :
Rebus santan kental, sirup merah dan air sampai mendidih. Angkat dan biarkan sampai dingin.
Siapkan gelas saji. Susun pacar cina, tape hitam, tape singkong dan kelapa muda,. Taburi es serut
Tuangkan larutan sirup dan susu kental manis
Sajikan dan selamat berbuka…^__^
*Untuk 6 gelas.
_________________________________________________________________

Sabtu, 29 Agustus 2009

MERAIH KEUTAMAAN BULAN RAMADLAN

by Hilyat Hasan

QS Al Baqarah : 186
“Diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan bagi orang-orang sebelum kalian agar supaya kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.”
                Ramadlan adalah bulan agung yang penuh berkah dan keemuliaan. Di dalamnya Allah SWT secara khusus mewajibkan bagi setiap mukmin berpuasa dengan tujuan agar menjadi orang yang bertaqwa.
                Pada hakekatnya, setiap mukmin berpeluang mendapatkan pahala yang sangat besar dari setiap amalannya baik fardlu dan sunnah ataupun meninggalkan yang haram dan makruh dengan ganjaran 70 kali pahala bila dilakukan di selain bulan Ramadlan. Subhanallah.
                Dalam puasa Ramadlan setiap mukmin juga berpeluang mendapat ampunan Allah SWT atas dosanya yang telah lalu. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda :
"Siapa yang berpuasa pada bulan ramadlan karena keimanan dan mengharapkan keridlaan Allah, akan diampuni dosa-dosa yang terdahulu." (HR. Ahmad dan Ash-habus Sunan).
                Untuk meraih kesuksesan di bulan Ramadlan setidaknya ada 3 hal yang perlu dipersiapkan.
1.       1. Persiapan ilmu
Kita perlu mengkaji kembali hukum-hukum ketentuan puasa dan semua amal yang terkait, sehingga puasa ramadlan dan seluruh amal yang ada di dalamnya tidak akan dijalani sekedar ritual rutin tahunan. Sebab hakekat puasa adalah penghambaan dan pengorbanan untuk Allah.
2.       2. Persiapan aspek ruhiah dan upaya memperkuat keimanan.
Keberhasilan menjalani puasa ramadlan bergantung pada landasan iman dan niat semata-mata untuk mencari ridla Allah SWT.
3.       3. Perencanaan aktifitas di bulan ramadlan
Ini perlu. Supaya tidak ada kesempatan yang terabaikan dan ramadlan bias kita jalani secara maksimal.
               
                Ketiga hal ini bila dikaitkan dengan tujuan dilaksanakannya shaum ramadlan adalah adanya sebuah pemahaman bahwa tujuan dari amalan ramadlan adalah ‘taqarrub’ kepada Allah SWT (mendekatkan diri kepada Allah). Sementara aktifitas taqarrub yang paling dicinta oleh Allah adalah semua aktifitas yang difardlukan kepada hambaNya. Tentunya tidak terbatas pada aktifitas ibadah mahdlah saja. Justru aktifitas fardlu diluar ibadah mahdlah jauh lebih banyak lagi.  Sehingga tidak ada amalan fardlu yang ditinggalkan hambaNya dengan mengerjakan amalan fardlu yang lain.
                Oleh karena itu kesuksesan menjalani proses selama ramadlan hanya akan bisa diraih jika kita memahami Islam secara utuh sebagai sebuah sistem kehidupan. Untuk itu diperlukan aktifitas dakwah yang dapat mewujudkan “kesadaran” akan pentingnya penerapan syari’at Islam secara kaffah. Juga keharusan bagi setiap muslim untuk thalabul ‘ilmi (belajar memahami ajaran Islam) agar mampu meraih predikat  ‘faqih fiddiin’. Inilah aktifitas wajib yang mestinya ada dalam daftar aktifitas setiap muslim selama ramadlan, di samping shiam ramadlan dan ibadah-ibadah fardlu serta sunnah lainnya seperti tarawih, tadarus al Qur’an, ta’jil, I’tikaf, shodaqah dan sebagainya.
________________________________________________________________

Dunia Ibu (1)

Mulianya Menjadi Ibu
Jika ada seseorang yang begitu mulia kedudukannya dalam Islam, maka dia adalah seorang ibu. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?”  Rasulullah SAW berkata, “Ibumu.” Dia bertanya, “Setelah itu siapa?” Rasulullah kembali menjawab, “Ibumu.” Begitulah hingga bertanya yang ketiga kalinya. “Setelah itu siapa?” Rasulullah menjawab, “Ibumu dulu setelah itu bapakmu.” ( HR. Bukhari – Muslim). Penghormatan Islam yang demikian tinggi terlihat dari didahulukannya Ibu oleh Rasulullah SAW hingga 3 kali baru Ayah. Pun dalam hadist berikut :
“ Surga itu dibawah telapak kaki ibu” (HR Akhmad)
Kemuliaan ibu terletak pada perannya dengan hamil, melahirkan, menyusui dan merawat bayinya serta mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Ini bukanlah tugas yang ringan atau sepele, karena ditangannyalah  diberikan tanggung jawab untuk membentuk anaknya menjadi apa kelak. Diperlukan kesungguhan dan pengorbanan serta perhatian penuh dari naluri seorang ibu. Tugasnya mengurus anak-anaknya, memenuhi keperluan mereka serta mendidik dan mengajarkan berbagai hal tentunya tidak bisa begitu saja diserahkan sepenuhnya kepada pengasuh anak atau pembantu rumah tangga. Karena Ibu adalah orang pertama bagi anak-anak untuk memperoleh nilai-nilai kehidupan yang mulia terutama agama.
Rasulullah bersabda :
“Kalian semua adalah pemimpin, dan kalian semua akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin di rumah tangganya, dan dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang istri (ibu) adalah pemimpin di rumah suaminya dan anak-anaknya. Dan dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.”
Hadist ini mengatur peran ayah dan ibu dalam keluarga. Ayah sebagai pemimpin keluarga dan ibu sebagai pengatur (manajer) rumah tangga disamping sebagai guru dan pembimbing untuk anak-anaknya.

Mulianya Peran Ibu
Jika kita membaca Al Qur’an surat Luqman : 14
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua ibu – bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kalian kembali.”
Ada rasa haru yang menyergap bila mengingat ibu telah mengandung janin selama 9 bulan. Hari demi hari ia semakin merasakan beratnya kandungan yang semakin besar. Kemudian ditambah rasa sakit saat melahirkan dalam kondisi lelah, sakit karena mulas/kontraksi, lemah bahkan sulit bernafas hingga lahirlah bayinya.
Tiadalah rasa sakit itu dirasa kecuali demi lahirnya anak yang dia cintai dan ibu kemudian berdo’a kepada Allah agar anak yang baru lahir kelak menjadi anak sehat, saleh dan member warna bahagia dalam hidupnya.
Kemudian disusuinya anaknya selama 2 tahun dalam dekapan dan pelukan hangat sehingga bayi merasa nyaman dan aman serta memberikan rasa percaya diri pada seorang bayi sejak dini.
Begitulah ibu, baginya waktu-waktu yang dia habiskan demi anak-anaknya, melayani dan mengurus mereka hingga mampu mengurus diri mereka sendiri, lebih berharga timbang ia melakukan aktivitas lain meski hukumnya mubah (pilihan yang boleh dilaksanakan, boleh juga tidak) seperti jalan-jalan, shopping, arisan atau sekedar menonton infotainment dan sinetron yang tidak bermanfaat.
Ia akan menjadi orang yang ingin melalui tahap demi tahap pertumbuhan anaknya sejak awal, sejak dalam kandungan, setelah dilahirkan, disusui, diasuh dan dididik dengan sebaik-baiknya. Karena bagi ibu pahala aktivitas tersebut setara dengan pahala pejuang fii sabilillah di garis terdepan peperangan. Ganjarannya adalah surga.
Rasulullah bersabda :
“Wanita yang sedang hamil dan menyusui sampai habis masa menyusuinya seperti pejuang di medan perang fii sabilillah. Dan jika ia meninggal di antara waktu itu, maka sesungguhnya baginya adalah pahala mati syahid.” (HR. Thabrani)
________________________________________________________________

Rabu, 26 Agustus 2009

Berapa Lama Kita di Dunia?

NoteSesungguhnya hidup di dunia itu hanya sebentar. Paling lama mungkin 100 tahun atau lebih sedikit. Tidak ada manusia yang bisa mencapai usia diatas 150 bahkan lebih. Rata-rata kita hanya berusia antara 50-70 tahun. Setelah itu maka kehidupan akhiratlah yang tidak akan pernah berhenti. Maka akan berada dimanakah kita nanti di kehidupan yang sesungguhnya? Surga atau Neraka? Sesungguhnya Jannah itu diberikan Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman dan taat kepadaNya. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan taat kepadaNya adalah orang-orang yang senantiasa menghabiskan waktu dan mengerjakan amalnya untuk mendekatkan dirinya pada Allah. Dengan umur yang hanya sebentar rata-rata tidak sampai seratus tahun, kemanakah dirinya melangkah? Mencari mardlatillah atau sebaliknya mendapat murka Allah. Dunia dan seluruh gemerlap kehidupan di dalamnya hanyalah perhiasan yang nanti ditanggalkan ketika ia kembali kepada penciptanya. Maka genggamlah dunia utk jalan meraih surgaNya. Jangan biarkan dunia justru membelenggu diri kita dengan jebakan-jebakan kelalaian dalam mengingat Allah SWT. Sesungguhnya setiap amal seorang muslim bernilai di mata Allah hanya dengan 2 syarat, yaitu niat ikhlas karena Allah dan sesuai dengan perintah dan laranganNya..
_______________________________________________________________________

Tokoh-Tokoh Orientalis di Indonesia

Penulis: Tiar Anwar Bachtiar
I. Thomas Stamford Raffles
(1781-1826)

Terlahir dengan nama Thomas Raffles, sosok yang sangat dihormati di Inggris dan Singapura ini tidak lahir di lingkungan istana. Ia lahir di lepas pantai Jamaika 6 Juli 1781 dari orang tua yang hanya berprofesi sebagai juru masak di sebuah kapal. Ia pun lahir saat orang tuanya bekerja di geladak Kapal Ann. Namun, sebuat Sir (sebutan bagi bangsawan Inggris) selalu dilekatkan padanya karena jasa-jasanya yang besar bagi pemerintahan Inggris.
Tidak seperti orientalis pada umumnya, Raffles bukanlah seorang ilmuwan an sich. Ia hanya menyelesaikan sekolah biasa di Inggris. Namun, karena keuletan dan kemauan belajarnya yang sangat tinggi, Raffles diterima bekerja sebagai juru tulis di East Indian Company (EIC) pada tahun 1795. Beberapa saat kemudian ia dipromosikan sebagai asisten sekretaris untuk wilayah kepulauan Melayu di perusahaan yang sama. Sejak dipekerjakan di sana, kemampuan bahasa Melayunya terasah.
Sejak tahun 1804, Raffles bertugas di Pulau Penang, Malaysia. Kemudian tahun 1811 ia dikirim pemerintah Inggris pada suatu ekspedisi ke Tanah Jawa sebagai Letnan Gubernur. Karena kecerdikan, keterampilan, dan kemampuannya berbahasa Melayu, Pemerintah Inggris mempercayai Raffles menjadi Gubernur Jendral Hindia-Belanda, pada tahun yang sama setelah wilayah kepulauan Indonesia resmi jatuh ke tangan Inggris dari Prancis. Raffles pun menggantikan Gubernur Jendral William Daendels (1808-1811) utusan Prancis.
Walaupun datang sebagai pejabat, Raffles ternyata sangat senang dengan dunia ilmu pengetahuan. Kegemarannya pada biologi membuat namanya telah dijadikan nama ilmiah bagi sederet tumbuhan dan binatang. Yang paling masyhur adalah rafflesia arnoldi (bunga bangkai). Selain itu, ia pun menaruh perhatian besar pada kebudayaan Melayu dan Jawa. Sepanjang masa tugasnya di kepulauan Melayu dan Jawa, ia mengumpulkan berbagai data tentang sejarah dan kebudayaan di wilayah ini; juga mengenai flora dan fauna yang tidak akan pernah ia lewatkan.
The History of Java adalah magnum opus-nya mengenai segala sesuatu tentang Pulau Jawa, temasuk sejarah dan budayanya. Sekalipun lebih terlihat sebagai laporan atas apa yang ia temukan selama bertugas di Jawa, namun karya ini dianggap sebagai tonggak penting kajian-kajian sejarah dan kebudayaan Jawa dan Indonesia yang dilakukan oleh orientalis-orientalis sesudahnya.
Karya inilah yang mula-mula menganggap kebudayaan Hindu-Budha sebagai fondasi dasar kebudayaan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa. Karya ini pula yang menginspirasi sarjana-sarjana asing, terutama Belanda, pada masa-masa berikutnya untuk turut menguatkan kesimpulan Raffles tentang posisi kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Bagi Raffles, Islam yang disebarluaskan pada masa Walisongo dianggap sebagai ajaran asing. Sekalipun ia mengakui bahwa saat ia bertugas di kepulauan Melayu dan Jawa, Islam merupakan agama yang dianut mayoritas rakyat di kawasan ini, namun Raffles tidak melihatnya sebagai fenomena kultural yang harus digali. Ia justru semakin yakin dengan pengaruh mistik Hindu-Budha pada penguasa-penguasa Muslim. Ia menafsirkan berbagai praktik kultural yang dilakukan oleh penguasa-penguasa Muslim sama seperti penguasa-penguasa Hindu sebelumnya.
Penggambaran kekuasaan raja-raja Islam yang penuh mistik seperti keris bertuah, benda-benda pusaka, dan semisalnya melekat sepanjang tulisannya di The History of Java. Penggambarannya ini mengukuhkan kesan tidak berpangaruhnya ajaran-ajaran Islam yang ia sebut sebagai Mohamedanism ini kepada perilaku kultural masyarakat dan penguasa-penguasa Muslim.
Selain itu, ia pun mengukuhkan kesan perluasan Islam yang dilakukan dengan cara-cara kekerasan oleh penguasa Islam. Dalam kasus Raden Fatah, misalnya, The History of Java-lah yang mula-mula menceritakan bahwa Demak mendapatkan kekuasaan setelah menghancurkan Majapahit. Dalam cerita itu digambarkan toleransi dan sikap damai Majapahit justru dibalas dengan serangan Raden Fatah yang ‘haus kekuasaan’ hingga Majapahit benar-benar luluh lantak tak bersisa.
Simpatinya pada kebudayaan Hindu-Budha ini juga diwujudkan dengan usaha-usahanya mengeskavasi candi-candi di pulau Jawa yang semula sudah hancur. Atas perintahnya-lah candi Borobudur yang sudah terkubur debu letusan gunung Merapi dibangun kembali dan dijadikan icon Jawa. Sejak saat itulah, tergambar seolah-olah pembangun utama kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan Hindu-Budha. (***) 

II. William Marsden
(1754 – 1836) 

Bagi para Indonesianis, Raffles adalah inspirator sedangkan Marsden adalah peletak dasar kajian ilmiah tentang Indonesia. Karyanya yang paling popular tentang wilayah di kepulauan ini adalah The History of Sumatra (1783). Sama seperti Raffles, Marsden memokuskan karyanya ini pada kebudayaan orang-orang Sumatra seperti Minangkabau, Batak, Aceh, Rejang, Lebong, dan sebaginya.
Jika Raffles meletakkan penelitian sebagai kerja sampingan dari pekerjaan utamanya sebagai pejabat, maka Marsden datang ke Asia Tenggara sebagai seorang Orientalis yang ditugaskan pemerintah Inggris untuk meneliti wilayah ini. Marsden bersahabat baik dengan Raffles dan sama-sama pernah dikirim ke Bengkulu untuk tugas yang berbeda. Saat bertemu di Inggris, Marsden sempat menghadiahkan 5 buah koin gobog wayang yang menjadi salah satu koleksi penting Raffles.
Marsden lahir di Dublin 16 November 1754. Orang tuanya adalah pedagang di kota itu. Sejak usia 16 tahun ia sudah bekerja di sebuah perusahaan multinasional Inggris Eeast Indian Company (EIC) sebagai juru tulis. Ia bekerja di sana sebelum Raffles dan kemudian di kirim ke Bengkulu tahun 1771. Setelah itu, ia dipromosikan sebagai sekretaris utama negara untuk urusan Hinda-Timur yang ditempatkan di Sumatra. Sepanjang berada di Sana, ia melakukan penelitian tentang berbagai hal menyangkut kehidupan masyarakat Sumatra, dari mulai kekayaan alam, kehidupan sehari-hari, kebudayaan, sampai masalah keyakinan. Ia menguasai bahasa Melayu dengan sangat baik.
Sekembalinya dari Sumatra tahun 1779, ia mulai menulis The History of Sumatra dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 1783. Karya ini lebih dahulu dibuat daripada The History of Java. Namun, popularitas Raffles membuat The History of Java lebih dahulu dipublikasikan dan dikenal orang sebelum karya Marsden ini. Walaupun demikian, karya Marsden ini sangat penting bagi kajian-kajian keindonesiaan pada masa-masa berikutnya, terutama menyangkut Sumatra. Pada tahun 1834, dua tahun menjelang kematiannya, Marsden diangkat sebagai ketua the Royal Society, sebuah kumpulan kaum intelektual Inggris saat itu. Posisinya ini memberikan pengakuan akan otoritasnya di dunia ilmu pengetahuan.
Sama seperti karya-karya oreintalis pada umumnya, kelemahan mendasar karya Marsden tentang Sumatra ini adalah mengenai framework (kerangka kajian). Marsden terjebak dengan framework kultural Eropa yang telah tersekularisasi saat melakukan eksplanasi menyangkut fenomena-fenomena kultural masyarakat Sumatra yang mayoritas Muslim.
Sepanjang eksplanasinya dalam The History of Sumatra, tulisan Marsden mengesankan bahwa kebudayaan dan kebiasaan sehari-hari yang dipraktikkan masyarakat Sumatra adalah indeginiuos (asli) hasil kreativitas masyarakat Sumatra. Saat menjelaskan mengenai hukum yang berlaku di beberapa kerajaan seperti Minangkabau. Melayu, dan Aceh, Marsden gagal mengungkapkan bahwa hukum-hukum yang berlaku itu merupakan hukum yang diadopsi masyarakat dari syari’at Islam. Bahkan sampai hari ini di masyarakat Minang terkenal ungkapan adat basandi syara’ dan syara’ basandi kitabullah. Marsden sama sekali luput menjelaskan keterkaitan syari’at Islam dengan hukum adat yang berlaku di sebagian besar wilayah Sumatra ini. Alhasil, karya Marsden ini berkontribusi besar dalam memisahkan pengaruh Islam dalam sejarah dan kebudayaan Indonesia, terutama wilayah Sumatra. (***)

III. Cristiaan Snouck Horgonje
(1857-1936)

Orientalis kelahiran Thalen, Ousterhout, Negeri Belanda tanggal 8 Februari 1857 ini adalah orientalis paling kontroversial di Indonesia. Untuk memuluskan tujuannya menggali informasi mengenai umat Islam, ia rela ’berpura-pura’ masuk Islam. Oleh ayah dan kakeknya yang menjadi pendeta Protestan di Belanda ia diarahkan untuk mejadi pendeta. Namun, Snouck tidak kerasan dan memilih meneruskan kuliah di Universitas Leiden jurusan Sastra Arab. Tahun 1875, ia mendapatkan predikat cum laude untuk disertasi doktor dalam bidang Bahasa Semit dengan disertasi Het Mekaansche Feest (Festival Mekah). Tidak puas dengan studinya di Leiden, tahun 1884 ia pergi Mekah untuk menggali kebudayaan Arab dan berbagai aspek Islam di tempat yang netral dari pengaruh kolonialisme. Namun untuk tujuannya itu, ia rela menyatakan masuk Islam dan berganti nama menjadi Abdul Ghaffar.
Di Mekah, ia bertemu dengan seorang tokoh Aceh yang kemudian menjadi antek Belanda, Habib Abdurrahman Zahir. Pertemuannya itu mengubah minatnya belajar bahasa dan kebudayaan Arab kepada masalah-masalah politik kolonial. Dari Zahir, Snocuk mendapatkan banyak bahan mengenai penanganan masalah-masalah Acah. Saran-saran Zahir itu tidak terlalu ditanggapi pemerintah kolonial saat ditawarkan oleh Zahir sendiri. Namun melalui tangan Snouck, barulah pemerintah mau merespon. Bahkan, saat Snouck menawarkan diri untuk meneliti masalah-masalah pribumi, terutama masalah Aceh, pemerintah kolonial menyetujuinya.
Tahun 1889 ia mulai melaksanakan tugasnya melakukan penelitian mengenai aspek-aspek kebudayaan dan keagamaan masyarakat Aceh. Hasil penelitiannya itu kemudian dibukukan setebal 2 jilid dengan judul De Atjeher. Dalam penelitiannya, ia berhasil mendapatkan informasi dari sumber-sumer pertama berkat kepura-puraannya mengaku Islam. Orang-orang Aceh pun percaya karena penguasaannya terhadap bahasa Arab dan penguasaannya terhadap berbagai aspek ajaran Islam. Apalagi, ia pernah dua tahun belajar di Mekah.
Tidak lama setelah pemerintah menjalankan saran-saran hasil penelitian Snuock, Aceh yang selama hampir satu abad penguasaan Belanda atas Indonesia tidak dapat ditaklukkan akhirnya dapat ’ditaklukkan’ juga. Atas jasa-jasanya ini Snouck mendapatkan pujian dan penghargaan besar. Kantor yang disediakan pemerintah Belanda untuk akitivitasnya, yaitu Het Kantoor voor Inlansche Zaken (Kantor Penasihat Urusan-Urusan Pribumi), menjadi kantor yang cukup penting. Bahkan kewenangannya seringkali tumpang-tindih dengan pemerintah lokal setempat.
Sama seperti para pendahulunya, Snouck tetap memperingatkan pemerintah Belanda bahwa Islam berbahaya bagi kepentingan politik kolonial. Namun, banginya tidak semua Islam berbahaya. Hanya umat Islam yang berkesadaran politiklah yang akan mengancam kelangsungan kekuasaan Belanda. Sementara umat Islam yang hanya mengurusi masalah-masalah ibadah tidak akan berbahaya. Oleh sebab itu, pemerintah disarankan agar mendukung setiap kegiatan umat Islam yang berkaitan dengan masalah ibadah sehari-hari.
Seperti dicatat Bernhard van Vlakke dalam The History of Nusantara, Snouck pula yang memperingatkan bahwa pada dasarnya masyarakat Islam Indonesia adalah masyarakat yang ramah dan tidak suka amok (protes). Yang suka menyulut amarah mereka adalah mereka yang sudah pulang dari Mekah dan membawa paham ”Mekah” yang keras. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal stigma jelek terhadap alumni-alumni Timur Tengah dan ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul Wahab yang oleh para Orientalis diberi julukan Wahabi. Kedua saran di antara sekian banyak saran Snouck yang lain di atas, rupanya sampai saat ini masih dijadikan standar penguasa dalam memperlakukan umat Islam. Padahal semestinya, saran itu hanya cocok untuk para penguasa penjajah yang memusuhi umat Islam, bukan pemerintah yang berasal dari dalam diri umat Islam sendiri. (***)

Selasa, 25 Agustus 2009

Wanita Ahli Surga dan Wanita Ahli Neraka

إِنَّ الْفُسَّاقَ هُمْ أَهْلُ النَّارِ قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنِ الْفُسَّاقُ؟ قَالَ: النِّسَاءُ قَالَ: رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللهِ، أَوَلَسْنَ أُمَّهَاتِنَا، وَأَخَوَاتِنَا، وَأَزْوَاجَنَا؟ قَالَ: بَلَى، وَلَكِنَّهُمْ إِذَا أُعْطِينَ لَمْ يَشْكُرْنَ، وَإِذَا ابْتُلِينَ لَمْ يَصْبِرْنَ

“Sesungguhnya orang-orang fasik adalah penduduk neraka.” Dikatakan, “Ya Rasulullah, siapakah mereka?” Rasul bersabda, “Para wanita.” Seorang laki-laki bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah mereka itu ibu-ibu, saudari-saudari dan istri-istri kita?” Rasul menjawab, “Benar, tetapi mereka itu, jika diberi, tidak bersyukur; jika diuji, tidak bersabar (HR Ahmad dan al-Hakim).

Imam Ahmad meriwayatkan hadis di atas dalam Al-Musnad dari Ismail bin Ibrahim dan Waki’. Imam al-Hakim meriwayatkannya dalam Al-Mustadrak dari Ibrahim bin ‘Ashmah al-Adl, dari as-Sari bin Khuzaimah, dari Muslim bin Ibrahim. Ketiganya (Ismail bin Ibrahim, Waki’ dan Muslim bin Ibrahim) menuturkannya dari Hisyam ad-Dastuwa’I, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Rasyid al-Habrani, dari Abdurrahman bin Syiblin.

Al-Hakim mengomentari jalur ini: Ini adalah hadis sahih menurut syarat syaikhayn (Al-Bukhari dan Muslim), tetapi tidak dikeluarkan oleh keduanya. Hal ini disepakati oleh adz-Dzahabi di dalam At-Talkhish.

Syu’aib al-Arnauth mengomentari jalur Imam Ahmad ini: Ini hadis sahih, para perawinya perawi syaikhayn kecuali Abu Rasyid al-Habrani. Imam at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibn Majah, al-Bukhari di dalam Adab al-Mufrad dan sejumlah orang meriwayatkan darinya.

Imam Ahmad juga meriwayatkannya dari Afan, dari Aban dan Musa bin Khalaf. Imam al-Hakim meriwayatkannya dari Abu Abdillah Muhammad bin Ali ash-Shan’ani, dari Ishaq bin Ibrahim, dari Abdurrazaq, dari Ma’mar. Ketiganya (Aban, Musa bin Khalaf dan Ma’mar) menuturkannya dari Yahya bin Abi Katsir, dari Zaid bin Salam, dari Abu Salam, dari Abdurrahman bin Syiblin.

Imam al-Hakim berkomentar, “Ini adalah hadis sahih menurut syarat Muslim, tetapi al-Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya.” Hal ini disepakati oleh adz-Dzahabi.


Makna Hadis

Hadis ini menyebutkan wanita penghuni neraka di antaranya adalah yang memiliki dua sifat tercela: tidak bersyukur (berterima kasih) kepada suaminya; jika diuji dengan suatu ujian, ia tidak bersabar. Hadis ini juga diperkuat oleh sabda Rasul yang lain. Abdullah bin Amru meriwayatkan bahwa Rasul pernah bersabda:

لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِىَ لاَ تَسْتَغْنِى عَنْهُ

Allah tidak akan memandang seorang wanita yang tidak berterima kasih kepada suaminya dan tidak (berusaha) mencukupkan diri dari (pemberian) suaminya (HR an-Nasai, al-Hakim, ath-Thabrani dan al-Bazzar).

Syaikh Muhammad bin Ishaq al-Kalabadzi di dalam kitab Bahr al-Fawâ’id/Ma’âni al-Akhyâr menjelaskan, “Siapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) terhadap pemberian, ia tidak akan bisa bersabar saat mendapat ujian.” Syukur bisa timbul jika ada rasa qana’ah (merasa cukup) atas pemberian meski sedikit jumlahnya; juga menghargai pemberian meski tidak seberapa harganya, karena di dalamnya terkandung nilai maknawi yang besar, yaitu ketaatan suami atas kewajiban nafkah dan rasa cintanya kepada istri dan keluarganya.”

Berikut sekelumit teladan dari Umahatul Mukminin dan penghulu wanita surga Fathimah binti Rasulullah saw.

Ummul Mukminin Aisyah ra. menceritakan, “Pernah datang kepada kami satu bulan penuh saat kami tidak pernah menyalakan api (tidak pernah memasak), (makanan kami) tidak lain adalah kurma kering dan air, kecuali kami dibawakan daging.” (HR al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi).

Beliau juga bercerita, “Tidaklah keluarga Muhammad makan dua kali dalam sehari kecuali salah satunya adalah kurma kering.”

Nabi saw. pernah bersabda, “Belum pernah lewat satu sore dimana keluarga Muhammad memiliki satu sha’ kurma kering atau satu sha’ biji-bijian.” (HR al-Bukhari, at-Tirmidzi dan an-Nasai).

Begitulah makanan yang dinikmati ibunda kita, para istri Rasul saw. Namun, mereka adalah para wanita yang senantiasa dipenuhi rasa syukur, rasa berterima kasih dan kesabaran serta jauh dari keluh-kesah.

Dalam hal pakaian, Rasul saw. pernah berpesan kepada Bunda Aisyah ra., “Jika engkau senang bersamaku (di surga) maka cukuplah bagimu bagian dari dunia seperti bekal seorang pengendara unta (orang bepergian), jauhilah bergaul erat dengan orang kaya (khawatir dirasuki sifat tamak), dan jangan engkau meminta ganti pakaianmu hingga engkau menambalnya.” (HR at-Tirmidzi dan al-Hakim).

Urwah menceritakan bahwa Aisyah ra. tidak mengganti pakaiannya dengan yang baru hingga ia menambal pakaiannya. Namun, ketakwaan, kedermawanan, kesalihan dan keilmuannya menjadikannya selalu jelita di mata Allah, Rasul saw. dan seluruh manusia.

Imam Ali kw. pernah bercerita kepada Ibn A’buda tentang Fathimah, anggota keluarga yang paling Rasul cintai:

Ia memutar penggilingan hingga berbekas tangannya, memanggul timba hingga membekas di pundaknya, dan membersihkan rumah hingga pakaiannya penuh debu. Lalu datang pembantu kepada Rasul saw. Kamudian aku berkata, “Seandainya engkau datang kepada ayahmu dan meminta seorang pembantu.”

Lalu ia mendatangi Rasul, tetapi banyak orang bersama beliau. Ia datang lagi besoknya. Rasul bertanya, “Apa keperluanmu?”

Fathimah diam saja. Lalu Ali kw. berkata, “Aku ceritakan kepadamu, ya Rasulullah. Ia memutar penggilingan hingga berbekas tangannya, memanggul timba hingga berbekas pundaknya. Lalu ketika datang pembantu kepadamu, aku menyuruhnya mendatangimu agar meminta pembantu yang bisa menghilangkan kesusahannya itu.”

Rasul bersabda, “Bertakwalah kepada Allah, Fathimah, tunaikan kewajiban Tuhanmu dan kerjakan pekerjaan (mengurus) keluargamu. Jika engkau menghampiri peraduanmu, bertasbihlah 33 kali, bacalah hamdalah 33 kali, lalu takbir 34 kali, dan itu genap 100 kali. Itu lebih baik bagimu daripada seorang pembantu.”

Fathimah pun berkata, “Aku ridha dengan pemberian dari Allah dan Rasulnya.” (HR Abu Dawud).

Disalin dari kiriman Futri Firdayanti

keutamaan bulan Ramadhan

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”, QS. Al-Baqarah [2] : 183.

1. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:

“Adalah Rasulullah SAW memberi khabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa didalamnya; pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa'." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)

2. Dari Ubadah bin AshShamit, bahwa Rasulullah bersabda:

"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, AIlah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do'a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini. " (HR.Ath-Thabrani, dan para periwayatnya terpercaya).

Rahasia Puasa Ramadhan
Sebagai muslim yang sejati, kedatangan dan kehadiran Ramadhan yang mulia pada setiap tahun merupakan sesuatu yang amat membahagiakan kita, betapa tidak, dengan menunaikan ibadah Ramadhan, amat banyak keuntungan yang akan kita peroleh, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.
Disinilah letak pentingnya bagi kita untuk membuka tabir rahasia puasa sebagai salah satu bagian terpenting dari ibadah Ramadhan.
Dr. Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Al Ibadah Fil Islam mengungkapkan ada lima rahasia puasa yang bisa kita buka untuk selanjutnya bisa kita rasakan kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan diantaranya :

a. Menguatkan Jiwa.
  • Dalam hidup, tak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apapun yang menjadi keinginannya meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang bathil dan mengganggu serta merugikan orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi. Manakala dalam peperangan ini manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar akan terjadi karena manusia yang kalah dalam perang melawan hawa nafsu itu akan mengalihkan penuhanan dari kepada Allah Swt sebagai Tuhan yang benar kepada hawa nafsu yang cenderung mengarahkan manusia pada kesesatan.
  • Allah memerintahkan kita memperhatikan masalah ini dalam firman-Nya yang artinya: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” QS. Al-Jatsiyah [45] :23.
  • Dengan ibadah puasa, maka manusia akan berhasil mengendalikan hawa nafsunya yang membuat jiwanya menjadi kuat, bahkan dengan demikian, manusia akan memperoleh derajat yang tinggi seperti layaknya malaikat yang suci dan ini akan membuatnya mampu mengetuk dan membuka pintu-pintu langit hingga segala do’anya dikabulkan oleh Allah Swt, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: “Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak do’a mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan do’a orang yang dizalimi” (HR. Tirmidzi).
b. Mendidik Kemauan.
  • Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai kendala.
  • Puasa yang baik akan membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk menyimpang begitu besar. Karena itu, Rasulullah Saw menyatakan: “Puasa itu setengah dari kesabaran”.
  • Dalam kaitan ini, maka puasa akan membuat kekuatan rohani seorang muslim semakin prima, kekuatan rohani yang prima akan membuat seseorang tidak akan lupa diri meskipun telah mencapai keberhasilan atau kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan kekuatan rohani juga akan membuat seorang muslim tidak akan berputus asa meskipun penderitaan yang dialami sangat sulit.
c. Menyehatkan Badan.
  • Disamping kesehatan dan kekuatan rohani, puasa yang baik dan benar juga akan memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani, hal ini tidak hanya dinyatakan oleh Rasulullah Saw, tetapi juga sudah dibuktikan oleh para dokter atau ahli-ahli kesehatan dunia yang membuat kita tidak perlu meragukannya lagi.
  • Mereka berkesimpulan bahwa pada saat-saat tertentu, perut memang harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan yang masuk sebagaimana juga mesin harus diistirahatkan, apalagi di dalam Islam, isi perut kita memang harus dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air dan sepertiga untuk udara.
d. Mengenal Nilai Kenikmatan.
  • Dalam hidup ini, sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia, tapi banyak pula manusia yang tidak pandai mensyukurinya, dapat satu tidak terasa nikmat karena menginginkan dua, dapat dua tidak terasa nikmat karena menginginkan tiga dan begitulah seterusnya. Padahal kalau manusia mau memperhatikan dan merenungi, apa yang diperolehnya sebenarnya sudah sangat menyenangkan karena begitu banyak orang yang memperoleh sesuatu tidak lebih banyak atau tidak lebih mudah dari apa yang kita peroleh.
  • Maka dengan puasa, manusia bukan hanya disuruh memperhatikan dan merenungi tentang kenikmatan yang sudah diperolehnya, tapi juga disuruh merasakan langsung betapa besar sebenarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita, hal ini karena baru beberapa jam saja kita tidak makan dan minum sudah terasa betul penderitaan yang kita alami, dan pada saat kita berbuka puasa, terasa betul besarnya nikmat dari Allah meskipun hanya berupa sebiji kurma atau seteguk air.
  • Disinilah letak pentingnya ibadah puasa guna mendidik kita untuk menyadari tinggi nilai kenikmatan yang Allah berikan agar kita selanjutnya menjadi orang yang pandai bersyukur dan tidak mengecilkan arti kenikmatan dari Allah meskipun dari segi jumlah memang sedikit dan kecil. Rasa syukur memang akan membuat nikmat itu bertambah banyak, baik dari segi jumlah atau paling tidak dari segi rasanya, Allah berfirman yang artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasati Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih QS.Ibrahim [14] :7.
e. Mengingat dan Merasakan Penderitaan Orang Lain.
  • Merasakan lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain, sebab pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir.
  • Dari sini, semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita kepada kaum muslimin lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini masih belum teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Ambon atau Maluku, Aceh dan di berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya seperti di Chechnya, Kosovo, Irak, Palestina dan sebagainya.
  • Oleh karena itu, sebagai simbol dari rasa solidaritas itu, sebelum Ramadhan berakhir, kita diwajibkan untuk menunaikan zakat agar dengan demikian setahap demi setahap kita bisa mengatasi persoalan-persoalan umat yang menderita. Bahkan zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang miskin dan menderita, tapi juga bagi kita yang mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang berkaitan dengan harta seperti serakah dengan harta, kikir dan sebagainya. Allah berfirman yang artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “QS.At-Taubah [9] : 103.
Sambut Dengan Gembira.

Karena rahasia puasa merupakan sesuatu yang amat penting bagi kita, maka sudah sepantasnyalah kalau kita harus menyambut kedatangan Ramadhan tahun ini dengan penuh rasa gembira sehingga kegembiraan kita ini akan membuat kita bisa melaksanakan ibadah Ramadhan nanti dengan ringan meskipun sebenarnya ibadah Ramadhan itu berat.
Kegembiraan kita terhadap datangnya bulan Ramadhan harus kita tunjukkan dengan berupaya semaksimal mungkin memanfaatkan Ramadhan tahun sebagai momentum untuk mentarbiyyah (mendidik) diri, keluarga dan masyarakat kearah pengokohan atau pemantapan taqwa kepada Allah Swt,
Sesuatu yang memang amat kita perlukan bagi upaya meraih keberkahan dari Allah Swt bagi bangsa kita yang hingga kini masih menghadapi berbagai macam persoalan besar, kita tentu harus prihatin akan kondisi bangsa kita yang sedang mengalami krisis, krisis yang seharusnya diatasi dengan memantapkan iman dan taqwa, tapi malah dengan menggunakan cara sendiri-sendiri yang akhirnya malah memicu pertentangan dan perpecahan yang justeru menjauhkan kita dari rahmat dan keberkahan dari Allah Swt.
Disalin dari miracles of Allah by Ratna Riss
_________________________________________________________________

Sabtu, 22 Agustus 2009

"20 Keajaiban Ramadhan"

Selama Ramadhan, Imam Syafi’i menghatamkan Al-Quran enam puluh kali, dua kali dalam semalam di dalam shalat. Inilah 'rahasia 20 Keajaiban Ramadhan'


Disarikan dari Hidayatullah.com oleh Agus Suprianto


1. Ramadhan jalan menuju ketaqwaan

Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian puasa sebagaimana diwajibkan atas kaum sebelum kalian, agar kalian bertaqwa”. (Al Baqarah: 183).

Ayat di atas menerangkan bahwa puasa adalah sebab yang bisa mengantarkan pelakunya menuju ketaqwaan, karena puasa mampu meredam syahwat. Ini sesuai dengan salah satu penafsiran yang disebutkan Imam Al Qurthubi, yang berpatokan kepada hadits riwayat Imam Ahmad yang menyebutkan bahwa puasa adalah perisai.

2. Ramadhan bulan mujahadah

Para ulama’ salaf adalah suri tauladan bagi umat, mujahadah mereka dalam mengisi bulan Ramadhan amat perlu dicontoh. Seperti Imam Asyafi’i, dalam bulan Ramadhan beliau menghatamkan Al-Quran dua kali dalam semalam, dan iti dikerjakan di dalam shalat, sehingga dalam bulan Ramadhan beliau menghatamkan Al-Quran enam puluh kali dalam sebulan. Imam Abu Hanifah juga menghatamkan Al-Quran dua kali dalam sehari selama Ramadhan.

3. Puasa Ramadhan menumbuhkan sifat amanah

Wahbah Zuhaili dalam bukunya Al Fiqh Al Islami berpendapat bahwa puasa mengajarkan rasa amanat dan muraqabah di hadapan Allah Ta’ala, baik dengan amalan yang nampak maupun yang tersembunyi. Maka tidak ada yang mengawasi seseorang yang berpuasa agar menghindari hal-hal yang dilarang dalam berpuasa kecuali Allah Ta’ala

4. Puasa Ramadhan melatih kedisiplinan

Puasa juga melatih kedisplinan, Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa seorang yang berpuasa harus makan dan minum dalam waktu yang terbatas. Bahkan dalam berbuka puasapun harus disegerakan.

5. Puasa Ramadhan menumbuhkan rasa solidaritas sesama muslim

Wahbah Zuhali juga menjelaskan bahwa puasa Ramadhan menumbuhkan rasa solidaritas di antara sesama muslim. Pada bulan ini semua umat Islam, dari timur hingga barat diwajibkan untuk menjalankan puasa. Mereka berpuasa dan berbuka dalam waktu yang sama, dikarenaka mereka memiliki Rabb yang satu.

Seorang yang merasa lapar dan dahaga akhirnya juga bisa ikut merasakan kesengsaraan saudara-saudaranya yang kekurangan atau tertimpa bencana. Sehingga tumbuh perasaan kasih sayang terhadap umat Islam yang lain.

6. Puasa Ramadhan melatih kesabaran

Bulan Ramadhan adalah bulan puasa di mana pada siang hari kita diperintahkan meninggalkan makanan yang asalnya halal, terlebih lagi yang haram. Begitu pula di saat ada seseorang mengganggu kita. Rasulullah Saw. bersabda: “Bila seseorang menghina atau mencacinya, hendaknya ia berkata 'Sesungguhnya aku sedang puasa." (HR. Bukhari)

7. Puasa Ramadhan menyehatkan

Rasulullah bersabda: ”Berpuasalah, maka kamu akan sehat” (HR. Ibnu Sunni), ada yang menyatakan bahwa hadits ini dhoif, akan tetapi ada pula yang menyatakan bahwa derajat hadits ini sampai dengan tingkat hasan (lihat, Fiqh Al Islami wa Adilatuh, hal 1619).

Tapi makna matan hadist bisa tetap diterima, karena puasa memang menyehatkan. Al Harits bin Kaldah, tabib Arab yang pernah mengabdi kepada Rasulullah Saw. juga pernah menyatakan:”Lambung adalah tempat tinggal penyakit dan sedikit makanan adalah obatnya”.

8. Lailatul Qadar adalah hadiah dari Allah untuk umat ini

Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al Muwatha’, dia telah mendengar dari seorang ahlul ilmi tsiqah yang telah mengatakan: “Sesungguhnya telah diperlihatkan usia-usia umat sebelumnya kepada Rasulullah Saw., atau apa yang telah Allah kehendaki dari hal itu, dan sepertinya usia umat beliau tidak mampu menyamai amalan yang telah dicapai oleh umat-umat sebelumnya, maka Allah memberi beliau Lailatul Qadar yang lebih baik daripada seribu bulan.” (HR. Malik).

9. Ramadhan bulan ampunan

Bulan Ramadhan adalah bulan ampunan, Rasulullah Saw. bersabda: “Dan siapa yang berpuasa Ramadhan dengan didasari keimanan dan pengharapan ridha Allah, diampunkan untuknya dosa yang telah lalu.” (HR. Bukhari)

10. Siapa yang dilihat Allah, maka ia terbebas dari adzab-Nya

Dari Jabir bin Abdullah ra. Rasulullah Saw. bersabda: ”Pada bulan Ramadhan umatku dianugerahi lima perkara yang tidak diberikan kepada nabi-nabi sebelumku. Yang pertama, sesungguhnya jika Allah melihat mereka di awal malam dari bulan Ramadhan, dan barang siapa yang telah dilihat Allah maka Ia tidak akan mengadzabnya selamanya…” (HR. Baihaqi).

11. Bau mulut orang berpuasa lebih harum dari misk di hadapan Allah

Rasulullah Saw. bersabda:”…Yang kedua, sesungguhnya bau mulut mereka ketika sore hari lebih harum di hadapan Allah daripada bau misk…” (HR. Baihaqi).

12. Di Bulan Ramadhan para malaikat meminta ampunan untuk umat ini

Rasulullah Saw. bersabda:”…Adapun yang ketiga, sesungguhnya para malaikat meminta ampunan untuk mereka siang dan malam…” (HR. Baihaqi).

13. Di bulan Ramadhan sorga berbenah diri

Rasulullah Saw. bersabda:”…Adapun yang keempat, sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan surga-Nya, Ia berfirman: “Bersiap-siaplah, dan hiasilah dirimu untuk para hamba-Ku, sehingga mereka bisa segera beristirahat dari kelelahan (hidup di) dunia menuju negeri-Ku dan kemulyaan-Ku…” (HR. Baihaqi).

14. Di malam akhir Ramadhan Allah mengampuni umat ini

Rasulullah Saw. bersabda: ”…Adapun yang kelima, sesungguhnya jika tiba malam terakhir Ramadhan Allah memberi ampun kepada mereka semua. Lalu bertanyalah seorang lelaki dari sebuah kaum: ”Apakah itu lailatul qadar? Ia bersabda:” Bukan, apakah kau tidak mengetahui perihal orang-orang yang bekerja, jika mereka selesai melakukan pekerjaan maka imbalannya akan dipenuhi. (HR. Baihaqi)

15. Pintu sorga dibuka, pintu neraka ditutup, syaitan dibelenggu

Rasulullah Saw. Bersabda: “Jika Ramadhan tiba dibukalah pintu sorga dan ditutuplah pintu neraka serta syaitan-syaitan dibelenggu. (HR. Bukhari).

Dalam Syarah Shahih Muslim, Qadhi Iyadh menjelaskan bahwa makna hadits di atas bisa bermakna haqiqi, yaitu pintu sorga dibuka, pintu neraka ditutup serta syaitan dibelenggu secara haqiqi, sebagai tanda datangnya Ramadhan sekaligus pemulyaan terhadapnya. Tapi bisa juga bermakna majaz yang mengisyaratkan besarnya pahala dan ampunan di bulan itu, sehingga syaitan seperti terbelenggu.

16. Pahala syuhada bagi yang melakukan kewajiban dan menghidupkan Ramadhan

Datanglah seorang laki-laki kepada Nabi Saw. Dan mengatakan: ”Wahai Rasulullah, tahukah anda jika saya telah bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya anda adalah utusan Allah, aku juga telah melakukan shalat lima waktu, juga telah menunaikan zakat, serta aku telah berpuasa Ramadhan dan menghidupkannya, maka termasuk golongan siapakah saya? Rasulullah Saw. Bersabda: “Termasuk dari orang-orang yang sidiq dan syuhada’”. (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya)

17. Pahala amalan bulan Ramadhan berlipat ganda

Dari Salman ra., bahwasannya Rasulullah Saw. berkhutbah di hari terakhir bulan Sya’ban: ”Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan agung yang penuh berkah. Bulan yang terdapat di dalamnya sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan yang Allah jadikan puasa di dalamnya sebagai kewajiban, dan qiyamul lail sebagai hal yang disunnahkan, barang siapa mendekatkan diri di dalamnya dengan perbuat kebajikan, maka ia seperti mengerjakan kewajiban selainnya, dan barang siapa mengerjakan kewajiban di dalamnya, maka ia seperti mengerjakan tujuh puluh kewajiban selainnya…” (HR. Ibnu Huzaimah dalam Shahihnya)

18. Seluruh hari dalam Ramadhan memiliki keutamaan

Rasulullah Saw. bersabda: “…Dia adalah bulan yang permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, serta paripurnanya adalah pembebasan dari neraka…” (HR. Ibnu Huzaimah dalam Shahihnya)

19. Keutamaan memberi minum orang yang berpuasa

Allah akan memberi minum kelak di akhirat Rasulullah Saw. bersabda: “Dan barang siapa memberi minuman orang yang berpuasa maka Allah akan memberinya dari telaga minuman yang tidak menghauskan hingga ia masuk ke dalam sorga”. (HR. Ibnu Huzaimah dalam Shahihnya).

20. Sebaik-baik sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan

Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik sedekah yaitu sedekah di bulan Ramadhan.” (HR.Tirmidzi).

________________________________________________________________

Template ku yang baru

Alhamdulillah, setelah utak atik berbagai templates, rasanya cukup puas dgn tampilan sekarang. Cuma agak kesulitan dengan edit widgetnya, karena kolom yang tersedia tidak terlihat penuh. Duh, gimana caranya lagi nih memperlebar layar blog? Juga bagaimana memasukkan aplikasi dari luar untuk tampilan blog, blum berhasil dilakukan..(he..he..pasti yang baca tulisan ini bakal tertawa geli mengetahui diriku ternyata tidak bisa melakukannya). Yah...gak papa sih, ini juga sambil try and error terus (cuman kebanyakan error-nya ^___^). Berbekal buku2 praktis membuat blog yang kuborong di Gramedia, lumayan begini ni hasilnya. Anak2ku juga ikut senang melihat tampilan blog ku sekarang. Mereka bilang, "wah, bunda banget, haha...!) apalagi melihat foto mereka terpampang di layar blog....langsung minta foto yang di upload tambah lagi.
Memang asyik juga sih menurutku, seru juga karena bisa menulis apa saja yang aku mau tulis..well mantabs n smangat, kali ini!!!

How Kids Can Help With Iftar

By Sumayyah Meehan

There is nothing worse than being stuck in the kitchen all day during the holy month of Ramadan. This precious month comes but once a year and every single minute should be utilized to the fullest in the worship of Allah Most High. It is so hard for moms to unleash the chains of cooking and cleaning all day, especially when guests are expected for the iftar feast. But with a little preplanning and help from your kids, you can break free from the chains of your stovetop and get back to your worship of Allah Most High.

Here are some fun and no-nonsense ways to get help from even the smallest Muslim in your family.

Keep It Simple

Ramadan is not really the time to experiment with new recipes or prepare fancy dishes. This will only add to the time you have to spend in the kitchen and increase your anxiety. Make it a habit to prepare and freeze yummy appetizers and the like before Ramadan even commences. Good choices for freezing are steak or chicken pies, potato kebabs, and spring rolls.

As for cooking meals on a daily basis, try to stick to a quick and kid-friendly menu. Having kids in the kitchen when there are hot pots or popping oil is very dangerous and will add to your already high stress level.

Some Quick Friendly Ideas

Appetizers. Make a large veggies tray complete with carrot and cucumber sticks, tomato wedges, and chopped cauliflower. Let the children make the dip by mixing 1 cup of sour cream with a pack of French onion soup mix.

Main course. Use pre-packaged tortillas to make simple sandwich wraps. Layer different deli meats on each tortilla, add some mustard or mayonnaise, and roll.

Beverages. Put together a pitcher of jazzed-up juice for your iftar beverage. Fill an ice cube tray with cherry juice and freeze solid. In a large pitcher, have the kids pour in one quart of orange juice and one quart of 7-Up. Plop the cubes in before serving.

Dessert. Make healthy fruit kebabs for a nutritious dessert. Wash and cut various fruits into bite-sized pieces. Good choices are strawberries, cantaloupe, kiwi, and bananas (dipped in lemon juice to prevent them from turning brown). Let the kids assemble the skewers. Chill in the fridge and serve with a scoop of vanilla ice cream.

Here is a simple guide you can follow to take away some of the guesswork and get the help you so desperately need.

Ages 3 – 5

Kids this age can
- Help mix batter
- Knead dough
- Lend a helping hand by measuring and pouring ingredients into a bowl

Ages 6 – 8

Kids this age can
- Vacuum and straighten up the home
- Set the table
- Make decorative place cards when having guests
- Fold napkins into fun shapes

Ages 9 – 11 Years

Kids this age can
- Read to you from a cookbook as you whip the recipe together
- Help you plan meals, make a grocery list, and gather the groceries from the store
- Prepare simple things like salads or an easy no-bake dessert
- Clear the table and do the washing up

So let's get the kids into the kitchen and involved in preparing the iftar meal. They will learn lifelong culinary skills along the way, and it will also strengthen the familial bond as you create meals together. Most importantly, moms can get out of the kitchen faster and get back to what Ramadan is really about — the worship of Allah Most High.

Doa dan Dzikir Paling Shahih Saat Berbuka Puasa

Oleh: Badrul Tamam Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah, keluarga dan para ...